Apa Tujuan Mahasiswa Menjadi Aktivis?

Apa Tujuan Mahasiswa Menjadi Aktivis? Apa Tujuan Mahasiswa Menjadi Aktivis?

Mahasiswa sering kali dianggap sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Dengan semangat muda, idealisme, dan akses terhadap pendidikan, mereka memiliki potensi besar untuk menggerakkan perubahan sosial, memperjuangkan keadilan, dan melawan ketidakadilan. Salah satu cara mahasiswa menyalurkan semangat ini adalah melalui aktivisme. Namun, apa sebenarnya tujuan mahasiswa menjadi aktivis? Dan mengapa, dalam beberapa kasus, ketika mereka diberi kesempatan menjadi pejabat, justru terjerat dalam praktik korupsi?

Idealisme Mahasiswa sebagai Aktivis

Aktivisme mahasiswa biasanya lahir dari keinginan untuk memperbaiki kondisi sosial, politik, atau ekonomi yang dianggap tidak adil. Mahasiswa menjadi aktivis karena mereka ingin:

  • Memperjuangkan Keadilan: Mahasiswa sering kali berada di garis depan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat, seperti kebebasan berpendapat, akses pendidikan, atau keadilan sosial. Mereka menggunakan demonstrasi, diskusi, dan kampanye untuk menyuarakan aspirasi masyarakat yang terpinggirkan.
  • Mengkritik Kebijakan yang Salah: Dengan pengetahuan yang diperoleh di kampus, mahasiswa mampu menganalisis kebijakan pemerintah atau institusi yang tidak sesuai dengan kepentingan publik. Aktivisme menjadi alat untuk menuntut transparansi dan akuntabilitas.
  • Membangun Kepemimpinan: Aktivisme melatih mahasiswa untuk menjadi pemimpin yang kritis, berani, dan peduli terhadap isu-isu sosial. Banyak aktivis mahasiswa yang kemudian menjadi tokoh penting di berbagai bidang karena pengalaman mereka dalam berorganisasi dan memperjuangkan visi.
  • Mengubah Sistem: Banyak mahasiswa yang menjadi aktivis karena merasa sistem yang ada—baik politik, ekonomi, maupun sosial—tidak lagi relevan atau justru merugikan masyarakat. Mereka ingin menciptakan reformasi yang membawa perubahan nyata.

Tantangan Menjaga Integritas

Namun, idealisme yang membara di masa mahasiswa tidak selalu bertahan ketika seseorang memasuki dunia politik atau birokrasi. Ada fenomena yang menyedihkan ketika mantan aktivis mahasiswa, setelah diberi kesempatan menjadi pejabat, justru terjerat dalam kasus korupsi. Apa yang menyebabkan hal ini terjadi?

Advertisement

Salah satu faktor utama adalah godaan kekuasaan dan materi. Ketika seseorang yang awalnya memperjuangkan keadilan mendapatkan posisi strategis, tekanan untuk mempertahankan status, gaya hidup, atau kepentingan pribadi dapat menggoyahkan prinsip. Selain itu, sistem yang korup di sekitar mereka sering kali “memaksa” individu untuk ikut terlibat dalam praktik yang tidak sehat, terutama jika integritas pribadi tidak cukup kuat.

Selain itu, kurangnya kesiapan mental dan moral untuk menghadapi tanggung jawab besar juga menjadi faktor. Aktivis mahasiswa yang idealis mungkin terampil dalam mengkritik, tetapi belum tentu siap menghadapi kompleksitas dunia nyata, seperti tekanan politik, kepentingan kelompok, atau godaan finansial. Tanpa pendidikan karakter yang kuat, idealisme bisa luntur begitu saja.

Menjaga Idealisme agar Tetap Utuh

Untuk mencegah aktivis mahasiswa jatuh ke dalam lubang korupsi ketika menjadi pejabat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Pendidikan Integritas: Mahasiswa perlu dibekali dengan pendidikan yang tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga pada nilai-nilai moral dan etika. Kampus harus menjadi tempat yang mengajarkan pentingnya menjaga integritas di tengah tekanan.
  • Komitmen pada Visi Awal: Aktivis mahasiswa harus terus mengingat tujuan awal mereka, yaitu memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat, bukan kepentingan pribadi.
  • Kontrol dan Transparansi: Sistem yang mendukung transparansi dan akuntabilitas dalam birokrasi atau politik dapat membantu mencegah korupsi. Mantan aktivis yang menjadi pejabat harus aktif mendukung sistem ini.
  • Jaringan Dukungan: Komunitas atau jaringan aktivis yang solid dapat menjadi pengingat dan pendukung untuk tetap berada di jalur yang benar.

Kesimpulan

Tujuan utama mahasiswa menjadi aktivis adalah untuk memperjuangkan keadilan, mengkritik ketidakadilan, dan menciptakan perubahan sosial yang lebih baik. Namun, tantangan menjaga idealisme ini muncul ketika mereka memasuki dunia kekuasaan. Fenomena mantan aktivis yang terjerat korupsi menunjukkan bahwa idealisme saja tidak cukup tanpa integritas, pendidikan moral, dan sistem yang mendukung. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan harus terus memperkuat komitmen mereka pada nilai-nilai luhur agar dapat menjadi agen perubahan yang konsisten, baik sebagai aktivis maupun sebagai pejabat.

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Tetap Terkini dengan Berita Krusial

Dengan menekan tombol Berlangganan, Anda mengonfirmasi bahwa Anda telah membaca dan menyetujui Kebijakan Privasi dan Ketentuan Penggunaan kami.
Advertisement
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x