Bangga sebagai Koruptor
Di sebuah dunia yang penuh dengan ironi, ada sebagian orang yang, entah bagaimana, mampu memandang tindakan korupsi sebagai sesuatu yang layak dibanggakan. Tentu saja, ini bukanlah pujian untuk mereka, melainkan sebuah cermin besar yang kita hadapkan untuk melihat betapa absurdnya pola pikir semacam ini. Dalam tulisan ini, kita akan menyelami dunia satire, menjelajahi mengapa seseorang mungkin—dengan penuh kelucuan—merasa “bangga” sebagai koruptor, sekaligus menyadari dampak buruk yang sebenarnya ditimbulkan oleh tindakan ini.
Bayangkan seseorang yang berjalan dengan dada membusung, mengenakan jas mahal yang dibeli dari hasil “kerja keras” menyalahgunakan wewenang. Di matanya, korupsi bukanlah kejahatan, melainkan seni—seni negosiasi, seni manipulasi, dan seni hidup di atas penderitaan orang lain. Ia mungkin berkata, “Aku adalah Robin Hood modern! Aku mengambil dari yang kaya… untuk diriku sendiri.” Logika ini, meski terdengar menggelikan, kadang-kadang menjadi alasan yang digunakan untuk membenarkan tindakan mereka. Mereka merasa sebagai pemenang dalam permainan yang hanya bisa dimainkan oleh orang-orang “pintar”.
Dalam dunia imajiner ini, seorang koruptor mungkin bangga karena ia mampu membeli rumah mewah, mobil sport, atau bahkan pulau pribadi. Ia mungkin akan membual tentang bagaimana ia berhasil “mengelola” anggaran proyek hingga menyisakan “sedikit” untuk keperluan pribadi. “Efisiensi,” katanya, sambil tersenyum lebar. Namun, di balik senyum itu, ada ratusan ribu orang yang kehilangan hak atas pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang layak karena dana yang seharusnya untuk mereka telah berpindah tangan ke rekening pribadi.
Keberhasilan seorang koruptor, jika boleh disebut demikian, sering kali diukur dari seberapa licin ia bisa lolos dari jerat hukum. Mereka mungkin memiliki tim pengacara terbaik, koneksi politik yang kuat, atau bahkan kemampuan untuk “membeli” keadilan. Dalam benak mereka, ini adalah tanda kecerdasan, bukti bahwa mereka berada di atas hukum dan moral. “Hukum dibuat untuk orang biasa,” mungkin itulah yang mereka pikirkan, sambil menyeruput kopi impor di vila mereka yang megah.
Namun, mari kita tarik napas sejenak dan lihat sisi lain dari cermin ini. Di balik kebanggaan semu itu, ada kehancuran yang nyata. Korupsi bukanlah permainan tanpa korban. Ia merampas masa depan anak-anak yang tidak bisa bersekolah karena dana pendidikan dikorupsi. Ia menghilangkan harapan pasien di rumah sakit yang tidak mendapatkan perawatan karena anggaran kesehatan lenyap. Ia membuat jalan-jalan berlubang, jembatan ambruk, dan mimpi-mimpi hancur. Kebanggaan seorang koruptor adalah ilusi yang dibangun di atas tumpukan penderitaan.
Masyarakat sering kali terperangkap dalam paradoks: mengutuk korupsi di satu sisi, tetapi di sisi lain terpesona oleh gaya hidup mewah para koruptor. Media sosial memperparah ini dengan memamerkan kemewahan yang seolah-olah menjadi simbol kesuksesan. Namun, jika kita jeli, kita akan melihat bahwa kebanggaan ini hanyalah topeng untuk menutupi rasa bersalah atau ketakutan akan hari ketika kebenaran terungkap.
Lalu, mengapa kita membahas “kebanggaan” ini? Karena dengan memahami pola pikir seorang koruptor, kita bisa lebih waspada terhadap godaan yang sama. Korupsi tidak selalu dimulai dari niat jahat; kadang-kadang ia dimulai dari kompromi kecil, dari “sekali ini saja”, hingga akhirnya menjadi gaya hidup. Dengan menyindir mereka yang “bangga” sebagai koruptor, kita sebenarnya sedang mengingatkan diri sendiri untuk tetap berpegang pada integritas, untuk memilih jalan yang sulit tetapi benar.
Di akhir cerita, kebanggaan seorang koruptor hanyalah fatamorgana. Mereka mungkin menikmati kekayaan sementara, tetapi sejarah telah membuktikan bahwa keadilan, meski lambat, sering kali menemukan jalannya. Dan ketika itu terjadi, kebanggaan itu akan runtuh, meninggalkan penyesalan yang jauh lebih berat daripada harta yang pernah mereka kumpulkan.
*Tulisan ini bersifat satir dan bertujuan untuk mengkritik fenomena korupsi, bukan mempromosikan atau membenarkan tindakan tersebut. Mari bersama-sama menjaga integritas dan melawan korupsi demi masa depan yang lebih baik.*