Fenomena di mana beberapa ketua RT atau RW terlihat “sombong” bisa dilihat dari beberapa sudut pandang, terutama dari perspektif sosial dan psikologi. Berikut beberapa kemungkinan penyebabnya:
- Kekuasaan Kecil, Dampak Besar: Jabatan RT/RW, meski di tingkat lokal, memberi seseorang wewenang untuk mengatur dan mengambil keputusan di lingkungan. Menurut psikologi, kekuasaan, sekecil apa pun, bisa memengaruhi perilaku seseorang, membuat mereka merasa lebih berwenang atau superior (dikenal sebagai power trip). Ini bisa terlihat seperti kesombongan jika tidak diimbangi dengan kerendahan hati.
- Ekspektasi Sosial dan Status: Di banyak komunitas, posisi RT/RW dianggap prestisius karena mereka jadi pusat koordinasi dan perwakilan warga. Beberapa orang mungkin merasa jabatan ini meningkatkan status sosial mereka, sehingga memunculkan sikap yang dianggap sombong oleh warga lain.
- Beban Tugas dan Stres: Tugas RT/RW sering kali berat, seperti mengurus administrasi, menyelesaikan konflik warga, atau menjadi penutup lubang anggaran kegiatan. Tekanan ini bisa membuat mereka bersikap tegas atau defensif, yang kadang disalahartikan sebagai sombong.
- Karakter Pribadi: Tidak semua ketua RT/RW sombong, tapi sifat pribadi seseorang memang berperan. Ada yang mungkin sudah punya kecenderungan untuk bersikap dominan atau kurang empati, dan jabatan ini hanya memperkuat sifat tersebut.
- Persepsi Warga: Kadang, kesombongan itu lebih tentang persepsi. Misalnya, jika seorang ketua RT/RW tegas dalam menegakkan aturan (seperti iuran atau ketertiban), warga yang tidak setuju bisa menganggapnya sombong, padahal itu bagian dari tugas mereka.
- Kurangnya Komunikasi: Gaya komunikasi yang kurang ramah atau tidak inklusif bisa membuat warga merasa ketua RT/RW menjaga jarak atau merasa lebih tinggi. Ini diperparah jika mereka jarang turun langsung ke warga untuk mendengar keluhan.
Solusi atau Cara Menyikapi:
- Komunikasi Terbuka: Warga bisa mengajak dialog untuk menyampaikan pandangan mereka secara konstruktif.
- Pemilihan yang Demokratis: Memastikan ketua RT/RW dipilih berdasarkan integritas dan kemampuan melayani, bukan hanya koneksi atau senioritas.
- Empati dari Warga: Memahami bahwa posisi ini tidak mudah dan sering tidak dibayar sebanding dengan tanggung jawabnya.
Namun, penting juga untuk tidak menggeneralisasi. Banyak ketua RT/RW yang rendah hati dan berdedikasi.